Pernahkah terbersit pertanyaan, mengapa desain keyboard, atau papan ketik, dari sejak jaman mesin tik sampai sekarang masih tetap seperti itu-itu saja?
Mungkin kalau dari segi layout atau susunan huruf, diantara kita sudah banyak yang tahu tentang standar QWERTY. Namun ternyata, ada faktor lain yang mempengaruhi desain fisik dari keyboard itu sendiri.
Keyboard dirancang untuk dapat digunakan dengan praktis, cepat dan akurat. Orang yang sudah terbiasa menggunakan keyboard akan mampu mengetik dengan enam atau sepuluh jari tanpa melihat. Bisa seperti itu karena tak lain adalah, keyboard dirancang untuk memberikan tactile feedback. Sederhananya, tactile feedback ini adalah sensasi klik saat kita menempatkan jari kita dan menekan tombol demi tombol pada keyboard.
Jika anda seseorang yang menghabiskan sebagian besar waktu hidup anda bergaul dengan papan penuh tombol ini, pasti merasa bahwa tingkat kenyamanan antar satu keyboard dengan yang lain seringkali berbeda. Mungkin juga anda pernah menemui, ada keyboard yang tombolnya empuk sekali saat ditekan, tapi harganya jauh lebih murah daripada yang agak keras dan bunyi “cetik-cetik”. Ya, kenyamanan keyboard tidak hanya dipengaruhi keempukan tombolnya saat ditekan, tapi juga dari tactile-nya.
Penelitian tentang tactile ini ternyata masih banyak dilakukan hingga saat ini. Faktor rancangan mekanis keyboard dan bahan yang digunakan ikut mempengaruhi tactile yang dihasilkan. Kalau anda pernah iseng membongkar salah satu tombol keyboard pada notebook, anda akan menjumpai mekanisme engsel yang saling bersilangan, yang sekilas bentuknya mirip gunting. Bentuk engsel seperti ini dikenal dengan scissor switch, salah satu jenis mekanisme keyboard yang sering diaplikasikan di notebook.
Scissor switch banyak digunakan karena selain dapat menyumbangkan tactile yang pas, juga mendukung tingkat keawetan keyboard yang lebih lama dibanding jenis-jenis mekanisme yang lain, contohnya dome switch keyboard yang banyak diaplikasikan pada keyboard PC. Lebih lengkap tentang dome switch ini bisa anda search di wikipedia atau Mbah Google.
Oleh karena itulah, meski secara teknologi sudah sangat mendukung sekali dibuatnya keyboard super tipis yang hanya setebal kertas, atau tombol touchscreen yang biasa terdapat pada gadget tablet atau smartphone, tetap tidak bisa menggantikan kehadiran keyboard konvensional, yang cetik-cetik, yang ada sekarang. Setidaknya sampai ditemukan inovasi baru tentang bagaimana menghadirkan tactile virtual pada keyboard layar sentuh atau yang sejenis.
Tentang tactile virtual ini, menurut kabar angin yang sudah lama terdengar, Apple kabarnya sedang meneliti bagaimana menghadirkannya pada teknologi layar sentuh mereka di masa datang. Mungkin kalau anda pengguna iPhone, pernah dengar istilah Heptic Feedback, yang memberikan getaran pada saat anda menekan tombol virtual keyboard. Tapi tetap saja belum bisa menggantikan tactile yang dibutuhkan seperti pada keyboard konvensional.
Penelitian lebih lanjut, salah satunya dengan memanipulasi bagian permukaan kapasitif dari layar sentuh, sehingga bisa dibuat permukaan yang sedikit “bumpy” pada lokasi layar yang digunakan sebagai keyboard. Penelitian ini masih jadi bahan utak-atik di laboratorium dan masih jauh dari tahap produksi massal. Tapi kabarnya Apple sudah mematenkan teknologi ini dengan credit pada Wayne Westerman, pendiri FingerWorks, perusahaan yang dibeli Apple pada 2005 yang mengembangkan teknologi multi-touch dan beberapa teknologi lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar